PENGGUNAAN MULSA UNTUK MENEKAN DAMPAK
NEGATIF CEKAMAN KEKERINGAN PADA TANAMAN
I. PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk mengatasi kekeringan adalah dengan cara pemberian
mulsa. Mulsa merupakan material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan
pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga
membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik dan optimal. Teknologi pemulsaan
dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan
ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanami
tidak akan kekurangan air karena penguapan
air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi (Lesmana, 2010)
Disamping itu mulsa dapat berperan mengubah keadaan iklim mikro yang
dapat mempengaruhi sifat tanah, menguntungkan untuk pertumbuhan, perkembangan
dan peningkatan hasil tanaman. (Soewardjo, 1981). Mulsa dibedakan menjadi dua
macam dilihat dari bahan asalnya yaitu mulsa organik dan anorganik. Mulsa
organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa
tanaman (jerami). Keuntungan mulsa organik adalah lebih ekonomis (murah), mudah
didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah bahan organik dalam tanah,
sedangkan mulsa anorganik terbuat dari bahan sintesis yang tidak dapat terurai
(mulsa plastik). Mulsa plastik harganya mahal terutama mulsa plastik hitam
perak, namun dapat digunakan lebih dari satu kali musim tanam (Kadarso, 2008).
Jenis mulsa yang berbeda memberikan pengaruh berbeda pula pada pengaturan suhu,
kelembaban, dan kandungan air tanah.
II. PENGGUNAAN
MULSA UNTUK MENEKAN DAMPAK NEGATIF CEKAMAN KEKERINGAN PADA TANAMAN
Salah satu modifikasi lingkungan perakaran tanaman antara lain dapat
dilakukan dengan penggunaan mulsa. Mulsa menimbulkan berbagai keuntungan, baik
dari aspek fisik maupun kimia tanah. Secara fisik mulsa mampu menjaga suhu tanah
lebih stabil dan mampu mempertahankan kelembaban di sekitar perakaran tanaman. Penggunaan
mulsa akan mempengaruhi suhu tanah. Penggunaan mulsa akan mencegah radiasi
langsung matahari (Doring et al.,
2006; Bareisis dan Viselga, 2002). Suhu tanah maksimum di bawah mulsa jerami pada
kedalaman 5 cm 10ºC lebih rendah dari pada tanpa mulsa, sedangkan suhu minimum
1.9˚C lebih tinggi (Midmore, 1983 dan Mahmood et al., 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Hamdani, (2009), pengaruh jenis mulsa
terhadap suhu tanah dan kelembaban tanah menunjukkan bahwa perbedaan suhu tanah
antara perlakuan tanpa mulsa dan mulsa jerami pada pagi hari tidak berbeda,
tetapi mulsa plastik hitam perak menunjukkan suhu tanah yang lebih tinggi,
sedangkan pada sore hari mulsa jerami menunjukkan suhu yang lebih rendah
dibandingkan dengan suhu tanah tanpa mulsa dan mulsa plastik hitam perak. Penggunaan
mulsa jerami mengakibatkan penurunan suhu tanah siang hari pada kedalaman 5 cm
sebesar 60C lebih rendah dibandingkan tanpa mulsa, sedangkan pada
mulsa plastik hitam perak sebesar 30C (Tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Rata-Rata Suhu Tanah dan
Kelembaban Tanah Umur 4 MST Sampai 10 MST
No
|
Perlakuan
|
Pagi
|
Siang
|
Sore
|
|
|
.........
Suhu tanah (0C) .........
|
||
1
|
Tanpa Mulsa
|
22,3
|
31,5
|
29,2
|
2
|
Mulsa Jerami
|
22,5
|
25,5
|
24,8
|
3
|
Mulsa Plastik
Hitam Perak
|
25,4
|
28,5
|
29,1
|
|
|
.........
Kelembaban tanah (%) .........
|
||
4
|
Tanpa Mulsa
|
59,1
|
47,0
|
53,0
|
5
|
Mulsa Jerami
|
63,7
|
59,6
|
62,7
|
6
|
Mulsa Plastik
Hitam Perak
|
65,5
|
62,2
|
63,0
|
Keterangan : Pagi : Pukul 700 - 800, Siang :
Pukul 1300 - 1400, Sore : Pukul 1600 - 1700.
Sumber : Hamdani, (2009).
Menurut Mahmood et al., (2002)
penurunan suhu tanah oleh mulsa
disebabkan karena penggunaan mulsa
dapat mengurangi radiasi yang
diterima dan diserap oleh tanah
sehingga dapat menurunkan suhu tanah pada siang hari. Herlina dan Sulistyono,
(1990) menyatakan, dengan menurunkan suhu udara dan tanah dapat menekan
kehilangan air dari permukaan tanah. sehingga mengurangi adanya cekaman
kekeringan. Menurut Timlin et al.,
(2006) suhu tanah yang rendah dapat mengurangi laju respirasi akar sehingga
asimilat yang dapat disumbangkan untuk penimbunan cadangan bahan makanan
menjadi lebih banyak dibanding pada
perlakuan tanpa mulsa. Pada suhu tanah 30 ºC aktifitas beberapa enzim yang
berperan dalam metabolisme pati tertekan, sehingga terjadi penurunan kadar
pati pada umbi (Krauss dan Marschsur,
1984).
Penggunaan jerami padi sebagai
mulsa pada budidaya tanaman kedelai setelah padi sawah
sudah biasa dilakukan
oleh petani. Hasil penelitian
manfaat penggunaan mulsa pada kedelai menunjukkan adanya kenaikan hasil
biji sebesar 30% apabila tanah tidak diolah dan diberi mulsa (Yuliani, 2009)
(Tabel 2). Hal ini menurut Herlina dan Sulistyono (1990) mulsa jerami
mampu menekan evapotranspirasi,
menurunkan suhu udara dan tanah sehingga menekan kehilangan
air dari permukaan tanah. sehingga
mengurangi adanya cekaman kekeringan.
Mulsa jerami mempunyai daya pantul
lebih tinggi dibandingkan dengan mulsa
plastik (Doring et al., 2006).
Menurut Mahmood et al., (2002) mulsa
jerami atau mulsa yang berasal dari sisa tanaman lainnya mempunyai konduktivitas panas rendah sehingga
panas yang sampai ke permukaan tanah akan lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa
mulsa atau mulsa dengan konduktivitas panas yang tinggi
seperti plastik.
Tabel 2. Pengaruh Mulsa Jerami Padi (5 t/ha) Terhadap Hasil Kedelai di
Lahan Sawah
No
|
Perlakuan
|
Hasil Biji (t/ha)
|
1
|
Tanpa Mulsa
|
0.95
|
2
|
Tanpa Mulsa,
Tanpa Olah Tanah
|
1,32
|
3
|
Dengan Mulsa,
Tanpa Olah Tanah
|
1,89
|
4
|
Tanpa Mulsa,
Tanah Diolah Satu kali
|
1,64
|
5
|
Dengan Mulsa,
Tanah diolah Satu Kali
|
1,97
|
Sumber : Yuliani, (2009).
Tabel 3. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Rata-Rata
Jumlah dan Berat Cabai Merah Segar per Tanaman Varietas Red Charm
No
|
Perlakuan
|
Jumlah (bh/tan)
|
Berat (g/tan)
|
1
|
Tanpa
Mulsa
|
106,22 d
|
743,45 d
|
2
|
Jerami
|
143,87 c
|
973,65 c
|
3
|
Plastik
Transparan
|
195,14 b
|
1362,76 b
|
4
|
Plastik
Hitam
|
176,93 b
|
1258,74 b
|
5
|
Plastik
Hitam Perak
|
226,99 a
|
1570,88 a
|
Sumber
: Kadarso, (2008).
Hasil penelitian Kadarso, (2008), menunjukkan
bahwa hasil jumlah cabai merah segar pertanaman pada penggunaan mulsa plastik
hitam perak memberikan hasil tertinggi (226,99 bh), disusul dengan penggunaan
mulsa plastik transparan (195,14 bh), penggunaan mulsa plastik hitam (176,93
bh), kemudian penggunaan mulsa jerami (143,87 bh), dan tanpa penggunaan mulsa
(106,22 bh). Sedangkan pada berat cabai merah segar pertanaman tertinggi juga terdapat
pada penggunaan mulsa plastik hitam perak (1570,88 g), disusul penggunaan mulsa
plastik transparan (1362,76 g), penggunaan mulsa plastik hitam (1258,74 g), kemudian
penggunaan mulsa jerami (973,65 g), dan tanpa penggunaan mulsa (743,45 g)
(Tabel 3).
Hal ini diduga karena manfaat
penggunaan mulsa plastik menjaga kelembaban dalam tanah sehingga fluktuasi suhu
permukaan dapat dihindari, mencegah pencucian unsur hara oleh air hujan dan
mencegah penguapan unsur hara terutama nitrogen. penggunaan mulsa plastik juga
dapat mempertahankan lengas tanah lebih baik dibandingkan mulsa jerami dan
tanpa mulsa. Kecepatan hilangnya uap air atau uap air melalui mulsa biasanya
sangat lambat dibandingkan kecepatan hilangnya air dari permukaan tanah. Hilangnya
air yang disebabkan oleh evaporasi dari tanah yang diberi mulsa harus diubah
dari bentuk cair ke uap air di permukaan tanah. Uap air ini kemudian harus
menyebar melalui mulsa tebal yang dengan nyata menurunkan kecepatan hilangnya
air dibanding permukaan tanah yang terbuka, mulsa menurunkan jumlah radiasi
sinar langsung ke permukaan tanah, sehingga mengurangi jumlah energi yang
tersedia untuk mengubah air dari cairan ke uap air dan mulsa berperan sebagai
isolasi penurunan konduksi panas ke tanah (Kadarso, 2008).
III. KESIMPULAN
Penggunaan mulsa jerami mengakibatkan penurunan suhu tanah siang hari
pada kedalaman 5 cm sebesar 60C lebih rendah dibandingkan tanpa
mulsa, sedangkan pada mulsa plastik hitam perak sebesar 30C. Dengan
menurunnya suhu udara dan tanah dapat menekan kehilangan air dari permukaan
tanah. sehingga mengurangi adanya cekaman kekeringan.
Penggunaan mulsa pada kedelai
menunjukkan adanya kenaikan hasil biji sebesar 30% apabila tanah tidak diolah
dan diberi mulsa. Mulsa jerami mempunyai konduktivitas panas rendah sehingga
panas yang sampai ke permukaan tanah akan lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa
mulsa atau mulsa dengan konduktivitas panas yang tinggi
seperti plastik.
Hasil jumlah dan berat cabai merah
segar pertanaman tertinggi terdapat pada penggunaan mulsa plastik hitam perak,
disusul dengan penggunaan mulsa plastik transparan, penggunaan mulsa plastik
hitam, kemudian penggunaan mulsa jerami, dan tanpa penggunaan mulsa. Hal ini
diduga karena manfaat penggunaan mulsa plastik menjaga kelembaban dalam tanah
sehingga fluktuasi suhu permukaan dapat dihindari, juga dapat mempertahankan
lengas tanah lebih baik dibandingkan mulsa jerami dan tanpa mulsa. Kecepatan
hilangnya uap air atau uap air melalui mulsa biasanya sangat lambat
dibandingkan kecepatan hilangnya air dari permukaan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdani, J. S. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tiga Kultivar Kentang (Solanum tuberosum
L.) yang Ditanam di Dataran Medium. Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran. Bandung. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/article/download/1389/487.
[Diakses 11 Juli 2012].
Kadarso. 2008. Kajian Penggunaan
Jenis Mulsa Terhadap Hasil Tanaman Cabai Merah Varietas Red Charm. Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra. Yogyakarta. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10208134139_1411-0172.pdf.
[Diakses 09 Juli 2012].
Ramli. 2010. Respon Varietas Kubis
(Brassica oleraceae) Dataran Rendah Terhadap
Pemberian Berbagai Jenis Mulsa. Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Sulawesi
Tengah. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal
/index.php/AGROLAND/article/download/276/232. [Diakses 11 Juli 2012].
Yuliani, F. 2009. Upaya Menekan
Kehilangan Hasil Akibat Cekaman Kekeringan Pada Kedelai di Lahan Sawah. http://jurnal.umk.ac.id/mawas/2009/Juni/
UPAYA%20MENEKAN%20KEHILANGAN%20HASIL%20AKIBAT%20CEKAMAN.pdf. [Diakses 09
Juli 2012].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar