Minggu, 05 Agustus 2012

PENGGUNAAN MULSA UNTUK MENEKAN DAMPAK NEGATIF CEKAMAN KEKERINGAN PADA TANAMAN


PENGGUNAAN MULSA UNTUK MENEKAN DAMPAK NEGATIF CEKAMAN KEKERINGAN PADA TANAMAN

I. PENDAHULUAN

Salah satu cara untuk mengatasi kekeringan adalah dengan cara pemberian mulsa. Mulsa merupakan material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan  untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit  sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik dan optimal. Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanami tidak akan kekurangan air  karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi (Lesmana, 2010)
Disamping itu mulsa dapat berperan mengubah keadaan iklim mikro yang dapat mempengaruhi sifat tanah, menguntungkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan peningkatan hasil tanaman. (Soewardjo, 1981). Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya yaitu mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman (jerami). Keuntungan mulsa organik adalah lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah bahan organik dalam tanah, sedangkan mulsa anorganik terbuat dari bahan sintesis yang tidak dapat terurai (mulsa plastik). Mulsa plastik harganya mahal terutama mulsa plastik hitam perak, namun dapat digunakan lebih dari satu kali musim tanam (Kadarso, 2008). Jenis mulsa yang berbeda memberikan pengaruh berbeda pula pada pengaturan suhu, kelembaban, dan kandungan air tanah.

II.  PENGGUNAAN MULSA UNTUK MENEKAN DAMPAK NEGATIF CEKAMAN KEKERINGAN PADA TANAMAN

Salah satu modifikasi lingkungan perakaran tanaman antara lain dapat dilakukan dengan penggunaan mulsa. Mulsa menimbulkan berbagai keuntungan, baik dari aspek fisik maupun kimia tanah. Secara fisik mulsa mampu menjaga suhu tanah lebih stabil dan mampu mempertahankan kelembaban di sekitar perakaran tanaman. Penggunaan mulsa akan mempengaruhi suhu tanah. Penggunaan mulsa akan mencegah radiasi langsung matahari (Doring et al., 2006; Bareisis dan Viselga, 2002). Suhu tanah maksimum di bawah mulsa jerami pada kedalaman 5 cm 10ºC lebih rendah dari pada tanpa mulsa, sedangkan suhu minimum 1.9˚C lebih tinggi (Midmore, 1983 dan Mahmood et  al., 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Hamdani, (2009), pengaruh jenis mulsa terhadap suhu tanah dan kelembaban tanah menunjukkan bahwa perbedaan suhu tanah antara perlakuan tanpa mulsa dan mulsa jerami pada pagi hari tidak berbeda, tetapi mulsa plastik hitam perak menunjukkan suhu tanah yang lebih tinggi, sedangkan pada sore hari mulsa jerami menunjukkan suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan suhu tanah tanpa mulsa dan mulsa plastik hitam perak. Penggunaan mulsa jerami mengakibatkan penurunan suhu tanah siang hari pada kedalaman 5 cm sebesar 60C lebih rendah dibandingkan tanpa mulsa, sedangkan pada mulsa plastik hitam perak sebesar 30C (Tabel 1).

Tabel 1. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Rata-Rata Suhu Tanah dan Kelembaban Tanah Umur 4 MST Sampai 10 MST

No
Perlakuan
Pagi
Siang
Sore


......... Suhu tanah (0C) .........
1
Tanpa Mulsa
22,3
31,5
29,2
2
Mulsa Jerami
22,5
25,5
24,8
3
Mulsa Plastik Hitam Perak
25,4
28,5
29,1


......... Kelembaban tanah (%) .........
4
Tanpa Mulsa
59,1
47,0
53,0
5
Mulsa Jerami
63,7
59,6
62,7
6
Mulsa Plastik Hitam Perak
65,5
62,2
63,0
Keterangan : Pagi : Pukul 700 - 800, Siang : Pukul 1300 - 1400, Sore : Pukul 1600 - 1700. Sumber : Hamdani, (2009).  

Menurut Mahmood et al., (2002) penurunan suhu tanah oleh mulsa  disebabkan karena  penggunaan  mulsa  dapat  mengurangi  radiasi yang  diterima  dan diserap oleh tanah sehingga dapat menurunkan suhu tanah pada siang hari. Herlina dan Sulistyono, (1990) menyatakan, dengan menurunkan suhu udara dan tanah dapat menekan kehilangan air dari permukaan tanah. sehingga mengurangi adanya cekaman kekeringan. Menurut Timlin et al., (2006) suhu tanah yang rendah dapat mengurangi laju respirasi akar sehingga asimilat yang dapat disumbangkan untuk penimbunan cadangan bahan makanan menjadi lebih banyak dibanding  pada perlakuan tanpa mulsa. Pada suhu tanah 30 ºC aktifitas beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme pati tertekan, sehingga terjadi penurunan kadar pati  pada umbi (Krauss dan Marschsur, 1984).  
Penggunaan  jerami  padi sebagai  mulsa  pada  budidaya tanaman kedelai setelah padi sawah sudah  biasa  dilakukan  oleh  petani. Hasil  penelitian  manfaat penggunaan mulsa pada kedelai menunjukkan adanya kenaikan hasil biji sebesar 30% apabila tanah tidak diolah dan diberi mulsa (Yuliani, 2009) (Tabel 2). Hal  ini  menurut Herlina dan Sulistyono (1990) mulsa jerami mampu menekan  evapotranspirasi, menurunkan suhu udara dan tanah sehingga menekan  kehilangan  air dari  permukaan tanah. sehingga mengurangi adanya cekaman kekeringan.
            Mulsa jerami mempunyai daya pantul lebih tinggi dibandingkan dengan  mulsa plastik (Doring et al., 2006). Menurut Mahmood et al., (2002) mulsa jerami atau mulsa yang berasal dari sisa tanaman lainnya  mempunyai konduktivitas panas rendah sehingga panas yang sampai ke permukaan tanah akan lebih sedikit  dibandingkan dengan  tanpa  mulsa  atau  mulsa dengan konduktivitas panas yang tinggi seperti plastik.

Tabel 2. Pengaruh Mulsa Jerami Padi (5 t/ha) Terhadap Hasil Kedelai di Lahan Sawah

No
Perlakuan
Hasil Biji (t/ha)
1
Tanpa Mulsa
0.95
2
Tanpa Mulsa, Tanpa Olah Tanah
1,32
3
Dengan Mulsa, Tanpa Olah Tanah
1,89
4
Tanpa Mulsa, Tanah Diolah Satu kali
1,64
5
Dengan Mulsa, Tanah diolah Satu Kali
1,97
Sumber : Yuliani, (2009).

Tabel 3. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Rata-Rata Jumlah dan Berat Cabai Merah Segar per Tanaman Varietas Red Charm

No
Perlakuan
Jumlah (bh/tan)
Berat (g/tan)
1
Tanpa Mulsa
106,22 d
743,45 d
2
Jerami
143,87 c
973,65 c
3
Plastik Transparan
195,14 b
1362,76 b
4
Plastik Hitam
176,93 b
1258,74 b
5
Plastik Hitam Perak
226,99 a
1570,88 a
Sumber : Kadarso, (2008).

            Hasil penelitian Kadarso, (2008), menunjukkan bahwa hasil jumlah cabai merah segar pertanaman pada penggunaan mulsa plastik hitam perak memberikan hasil tertinggi (226,99 bh), disusul dengan penggunaan mulsa plastik transparan (195,14 bh), penggunaan mulsa plastik hitam (176,93 bh), kemudian penggunaan mulsa jerami (143,87 bh), dan tanpa penggunaan mulsa (106,22 bh). Sedangkan pada berat cabai merah segar pertanaman tertinggi juga terdapat pada penggunaan mulsa plastik hitam perak (1570,88 g), disusul penggunaan mulsa plastik transparan (1362,76 g), penggunaan mulsa plastik hitam (1258,74 g), kemudian penggunaan mulsa jerami (973,65 g), dan tanpa penggunaan mulsa (743,45 g) (Tabel 3).
            Hal ini diduga karena manfaat penggunaan mulsa plastik menjaga kelembaban dalam tanah sehingga fluktuasi suhu permukaan dapat dihindari, mencegah pencucian unsur hara oleh air hujan dan mencegah penguapan unsur hara terutama nitrogen. penggunaan mulsa plastik juga dapat mempertahankan lengas tanah lebih baik dibandingkan mulsa jerami dan tanpa mulsa. Kecepatan hilangnya uap air atau uap air melalui mulsa biasanya sangat lambat dibandingkan kecepatan hilangnya air dari permukaan tanah. Hilangnya air yang disebabkan oleh evaporasi dari tanah yang diberi mulsa harus diubah dari bentuk cair ke uap air di permukaan tanah. Uap air ini kemudian harus menyebar melalui mulsa tebal yang dengan nyata menurunkan kecepatan hilangnya air dibanding permukaan tanah yang terbuka, mulsa menurunkan jumlah radiasi sinar langsung ke permukaan tanah, sehingga mengurangi jumlah energi yang tersedia untuk mengubah air dari cairan ke uap air dan mulsa berperan sebagai isolasi penurunan konduksi panas ke tanah (Kadarso, 2008).

III.  KESIMPULAN


Penggunaan mulsa jerami mengakibatkan penurunan suhu tanah siang hari pada kedalaman 5 cm sebesar 60C lebih rendah dibandingkan tanpa mulsa, sedangkan pada mulsa plastik hitam perak sebesar 30C. Dengan menurunnya suhu udara dan tanah dapat menekan kehilangan air dari permukaan tanah. sehingga mengurangi adanya cekaman kekeringan.
            Penggunaan mulsa pada kedelai menunjukkan adanya kenaikan hasil biji sebesar 30% apabila tanah tidak diolah dan diberi mulsa. Mulsa jerami mempunyai konduktivitas panas rendah sehingga panas yang sampai ke permukaan tanah akan lebih sedikit  dibandingkan dengan  tanpa  mulsa  atau  mulsa dengan konduktivitas panas yang tinggi seperti plastik.
            Hasil jumlah dan berat cabai merah segar pertanaman tertinggi terdapat pada penggunaan mulsa plastik hitam perak, disusul dengan penggunaan mulsa plastik transparan, penggunaan mulsa plastik hitam, kemudian penggunaan mulsa jerami, dan tanpa penggunaan mulsa. Hal ini diduga karena manfaat penggunaan mulsa plastik menjaga kelembaban dalam tanah sehingga fluktuasi suhu permukaan dapat dihindari, juga dapat mempertahankan lengas tanah lebih baik dibandingkan mulsa jerami dan tanpa mulsa. Kecepatan hilangnya uap air atau uap air melalui mulsa biasanya sangat lambat dibandingkan kecepatan hilangnya air dari permukaan tanah.  


DAFTAR PUSTAKA



Hamdani, J. S. 2009. Pengaruh  Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L.) yang Ditanam di Dataran Medium. Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Bandung. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/article/download/1389/487. [Diakses 11 Juli 2012].

Kadarso. 2008. Kajian Penggunaan Jenis Mulsa Terhadap Hasil Tanaman Cabai Merah Varietas Red Charm. Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra. Yogyakarta. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10208134139_1411-0172.pdf. [Diakses 09 Juli 2012].

Ramli. 2010. Respon Varietas Kubis (Brassica oleraceae) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Berbagai Jenis Mulsa. Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Sulawesi Tengah. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal /index.php/AGROLAND/article/download/276/232. [Diakses 11 Juli 2012].

Yuliani, F. 2009. Upaya Menekan Kehilangan Hasil Akibat Cekaman Kekeringan Pada Kedelai di Lahan Sawah. http://jurnal.umk.ac.id/mawas/2009/Juni/ UPAYA%20MENEKAN%20KEHILANGAN%20HASIL%20AKIBAT%20CEKAMAN.pdf. [Diakses 09 Juli 2012].


Tidak ada komentar: