HUBUNGAN KANDUNGAN PROLIN DENGAN KONDISI
CEKAMAN KEKERINGAN
I. PENDAHULUAN
Respon tanaman dalam menghadapi kondisi cekaman kekeringan dapat terjadi
pada tingkat morphologi, fisiologi dan biokimia (Tardieu, 1996). Salah satu
mekanisme tanaman untuk bertahan terhadap terjadinya cekaman kekeringan
dilakukan dengan cara mengatur potensial osmotik sel, terutama jika cekaman
kekeringan yang terjadi meningkat secara gradual dari cekaman ringan menjadi
berat (Levitt 1980; Blum 1996).
Potensial osmotik sel dapat diatur dengan meningkatkan konsentrasi prolin.
Senyawa prolin berfungsi untuk pengaturan derajat osmotik sel (osmotic adjustment). Akumulasi prolin
dapat menurunkan potensial osmotik sehingga menurunkan potensial air dalam sel
tanpa membatasi fungsi enzim dan menjaga turgor sel (Hamim 1995).
Akumulasi prolin sebagai respon terhadap cekaman osmotik telah umum
diketahui (Konstantinova et al.,
2002). Telah banyak peneliti yang menemukan bahwa tanaman
yang terkena cekaman
kekeringan akan mengakumulasi
asam amino prolin dalam jumlah tertentu dan bervariasi tergantung pada
jenis tanaman, umur, dan varietas tanaman yang digunakan (Hamim 2004).
Pendekatan tersebut telah digunakan oleh peneliti untuk mengidentifikasi
toleransi terhadap cekaman kekeringan pada tanaman gandum (Dencic et al., 2000), jagung (Kitbanmroong
& Chatachume, 1993), kacang tanah (Fernandez, 1993), dan kedelai (Sunaryo,
2002).
II. HUBUNGAN KANDUNGAN PROLIN DENGAN KONDISI
CEKAMAN KEKERINGAN
Kandungan prolin meningkat sejalan
dengan meningkatnya cekaman kekeringan (Yang & Kao 1999; Girousse et al., 1996). Terdapat indikasi
korelasi positif antara akumulasi prolin dengan adaptasi tanaman terhadap
cekaman kekeringan dan salinitas (Delauney & Verma, 1993) Senyawa prolin dapat
menurunkan potensial osmotik sel tanpa menghambat fungsi enzim dan tidak
mengurangi turgor sel, serta berperanan penting dalam menjaga turgor sel dan
pertumbuhan akar pada kondisi potensial air yang rendah (Ober dan Sharp 1994;
Mullet dan Whilsitt 1996). Sudarsono et
al., (2006) melaporkan bahwa kacang
tanah yang ditanam dalam kondisi cekaman kekeringan meningkatkan senyawa
prolinanya sebagai respon terhadap cekaman. Delauney & Verma (1993)
menyatakan bahwa senyawa osmoprotektan prolin, glisin betain dan osmotikum
lainnya dapat digunakan sebagai pembeda tingkat toleransi tanaman terhadap
cekaman kekeringan. Tanaman yang mempunyai tingkat peningkatan osmotikum yang
lebih tinggi diduga lebih toleran dibandingkan dengan tanaman yang tingkat
peningkatan osmotikumnya lebih rendah.
Hasil penelitian Mapegau (2006)
menunjukkan bahwa Kandungan prolin bebas pada tanaman kedelai kultivar Willis
dan Tidar meningkat dengan meningkatnya tingkat cekaman air (kadar air tanah
tersedia rendah). Pada kultivar Willis kandungan prolin bebas mulai meningkat
pada tingkat cekaman air 60% KATT. Demikian juga dengan kultivar Tidar, bahkan
sampai pada tingkat cekaman air yang paling ekstrim (40% KATT) kandungan
prolinnya nyata lebih tinggi dari kandungan prolin kultivar Willis (Tabel 1).
Menurut Yoshiba et al., (1997) prolin
dijumpai terakumulasi lebih banyak pada tanaman yang lebih toleran terhadap
cekaman kekeringan dibandingkan dengan pada tanaman yang peka.
Tabel 1. Pengaruh cekaman air terhadap kandungan prolin
bebas tanaman kedelai kultivar Willis dan Tidar (Mapegau, 2006).
Tingkat
Cekaman Air
(%
KATT)
|
Kultivar
|
|
Willis
|
Tidar
|
|
|
........................
% ........................
|
|
100
|
0,80
a
|
0,85
a
|
|
(a)
|
(a)
|
80
|
1,06
a
|
1,27
a
|
|
(a)
|
(a)
|
60
|
1,70
b
|
2,09
a
|
|
(a)
|
(b)
|
40
|
2,03
c
|
3,54
b
|
|
(a)
|
(b)
|
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
sama tanpa kurung arah vertikal dan huruf sama dalam kurung arah horizontal
tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
Meningkatnya kandungan prolin bebas pada tingkat cekaman air tinggi (%
KATT rendah) disebabkan oleh meningkatnya akumulasi prolin bebas pada daun
sebagai sumber energi pada proses oksidasi tanaman jika karbohidratnya rendah.
Fungsi prolin bebas adalah sebagai penyimpan karbon dan nitrogen selama cekaman
air, karena pada saat itu sintesis karbohidrat terhambat (Hanson et al., 1977). Laju sintesis prolin yang
terjadi melalui lintasan glutamat bisa meningkat sepuluh kali lipat pada kultur
sel tomat yang adaptif terhadap cekaman kekeringan (Rhodes et al., 1986). Selanjutnya Aspinal dan Paleg (1981) mengemukakan
bahwa akumulasi prolin diduga berhubungan dengan kemampuan prolin bertindak
sebagai osmoregulator, sebagai agen pelindung bagi enzim-enzim membran.
Hasil penelitian Mathius et al., (2004). terhadap kadar prolin
tanaman kelapa sawit di dua lokasi yang berbeda, yaitu perkebunan Kandista (Riau)
dan perkebunan Batu Mulia (Kalimantan Selatan), yang dilakukan Pengamatan
sebanyak empat kali dengan selang pengamatan tiga bulan, pengamatan pertama
mewakili awal musim hujan, pengamatan kedua musim hujan, pengamatan ketiga
mewakili awal musim kering, dan pengamatan keempat pada musim kering. Menunjukkan
bahwa terjadi interaksi antara lokasi dengan waktu pengamatan terhadap kadar
prolin (Tabel 2). Kadar prolin berbeda nyata antar lokasi pada masing-masing
waktu pengamatan, kecuali pada pengamatan kedua. Kadar prolin tertinggi
diperoleh dari pengamatan pertama di lokasi perkebunan Kandista dan
berturut-turut lebih rendah secara nyata pada pengamatan kedua, ketiga dan
keempat, di lokasi perkebunan Batu Mulia kadar prolin tertinggi pada waktu
pengamatan ke dua naik secara nyata dari waktu pengamatan pertama dan turun
kembali pada waktu pengamatan ketiga dan keempat.
Tabel 2. Pengaruh interaksi lokasi dan waktu
pengamatan terhadap kadar prolin tanaman kelapa sawit (Mathius et al., 2004).
Waktu Pengamatan
|
Lokasi
|
|
Kandista
|
Batu Mulia
|
|
|
....................
µmol g-1 ....................
|
|
1
|
3,06 Db
|
1,85 Aa
|
2
|
2,62 Ca
|
2,47 Ca
|
3
|
2,20 Bb
|
1,94 Ba
|
4
|
2,00 Ab
|
1,61 Aa
|
Keterangan : Angka yang diikuti huruf
besar yang sama tidak berbeda nyata berdasar uji Scott Knott pada P < 0,05. Huruf
besar untuk perbandingan arah vertikal, sedang huruf kecil untuk perbandingan
arah horisontal.
Tampak bahwa kadar prolin berbanding
terbalik dengan jumlah curah hujan selama pengamatan berlangsung. Semakin
tinggi curah hujan, semakin rendah kadar prolin dan sebaliknya. Selama
penelitian curah hujan di perkebunan Batu Mulia dan di perkebunan Kandista yang
sama-sama relatif rendah ialah hanya pada bulan Agustus yaitu sebesar 68,0 mm
di Batu Mulia dan sebesar 125,5 mm di perkebunan Kandista. Sebagai penciri
biokimia atau metabolit osmotik tampak prolin cukup sensitif, karena dalam
kondisi cekaman air telah mampu menunjukkan peningkatan walau tidak terlampau
tinggi (Mathius et al., 2004).
Sebagaimana dikemukakan Girousse et al., (1996) serta Yang & Kao
(1999) peningkatan kadar prolin pada saat awal terjadinya cekaman air relatif
lambat dan meningkat cepat setelah tanaman mengalami cekaman lebih lanjut.
III. KESIMPULAN
Kandungan prolin meningkat sejalan
dengan meningkatnya cekaman kekeringan. Terdapat hubungan positif antara
akumulasi prolin dengan adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan dan
salinitas. Senyawa osmoprotektan prolin, glisin betain dan osmotikum lainnya
dapat digunakan sebagai pembeda tingkat toleransi tanaman terhadap cekaman
kekeringan. Tanaman yang mempunyai tingkat peningkatan osmotikum yang lebih
tinggi diduga lebih toleran dibandingkan dengan tanaman yang tingkat
peningkatan osmotikumnya lebih rendah.
Kandungan prolin pada tanaman
kedelai kultivar Willis dan Tidar meningkat dengan meningkatnya tingkat cekaman
air (kadar air tanah tersedia rendah). Pada kultivar Willis kandungan prolin
bebas mulai meningkat pada tingkat cekaman air 60% KATT. Demikian juga dengan
kultivar Tidar, bahkan sampai pada tingkat cekaman air yang paling ekstrim (40%
KATT) kandungan prolinnya nyata lebih tinggi dari kandungan prolin kultivar
Willis.
Kadar prolin berbanding terbalik
dengan jumlah curah hujan. Semakin tinggi curah hujan, semakin rendah kadar
prolin dan sebaliknya. Selama penelitian curah hujan di perkebunan Batu Mulia
dan di perkebunan Kandista yang sama-sama relatif rendah ialah hanya pada bulan
Agustus yaitu sebesar 68,0 mm di Batu Mulia dan sebesar 125,5 mm di perkebunan
Kandista. Sebagai penciri biokimia atau metabolit osmotik tampak prolin cukup
sensitif, karena dalam kondisi cekaman air telah mampu menunjukkan peningkatan
walau tidak terlampau tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Mapegau. 2006. Pengaruh Cekaman Air
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr). Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jambi.
Mathius, N. T., Liwang, T., Danuwikarsa, M.
I., Suryatmana, G., Djajasukanta, H., Saodah, D. dan Astika, I. G. P. W. 2004. Respons
Biokimia Beberapa Progeni Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Kondisi Lapang. Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. http://www.ipard.com/infopstk/ publikasi/e-jurnal/biotek/mp72-02-01.pdf.
[Diakses 19 juni 2012].
Riduan, A., Aswidinnoor, H., Koswara, J.
dan Sudarsono. 2005. Toleransi Sejumlah Kultivar Kacang Tanah terhadap Cekaman
Kekeringan. Departemen Budi Daya Pertanian, Faperta, Institut Pertanian Bogor,
Kampus Darmaga, Bogor. http://journal.ipb.ac.id/index.php/hayati/article/download/168/35.
[Diakses 19 juni 2012].
2 komentar:
ini blog mu ya ki???
wow infonya menarik kak.. ooo iya kak kalau ingin tahu tentang cara membuat website yukk disini saja.. terimakasih
Posting Komentar