A. Hama Pada Tanaman
Padi
1. Hama Sundep
(Scirpophaga innotata)
Hama
endemis ini berkembang
dari dari pantai hingga daerah pedalaman
dengan ketinggian 200 meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan (kurang
dari 200 mm) terjadi bulan October-November. Tanda-tanda hama ini dimulai
dengan melakukan invasi (terbangnya ribuan kupu-kupu kecil berwarna putih pada
sore dan malam hari) setelah 35 hari masa hujan. Kupu-kupu ini melakukan
terbang sekitar dua minggu, menuju daerah-daerah persemaian tanamaan padi. Selanjutnya
telur-telur (170-240 telur) diletakkan dibawah daun padi yang masih muda dan
akan menetes menjadi ulat perusak tanaman padi setelah seminggu. Penyerangan
ini dikenal dengan nama “Hama Sundep” dan “Hama Beluk”, Perbedaan keduanya
dilihat pada tabel.
Tabel : Perbedaan Hama Sundep dan Hama Beluk.
Hama Sundep
|
Hama Beluk
|
Menyerang daun padi
muda, menguning dan mati. Walaupun batang padi bagian bawah masih hidup atau
membentuk anak tanaman baru tapi pertumbuhan daun baru tidak terjadi.
|
Menyerang titik tumbuh
tanaman padi yang sedang bunting sehingga buliarn padi keluar, berguguran,
gabah-gabah kosong dan berwarna keabu-abuan.
|
Sumber: Kartasapoetra (1993).
Untuk membasmi hama-hama ini ditempuh cara-cara sebagai berikut:
1. Petani menyebarkan bibit-bibit tanaman padi di persemaian
setelah tahu jadwal invasi serangan ulat-ulat ini diperkirakan telah selesai.
2. Penanaman padi yang memiliki daya regenerasi
yang tinggi.
3. Menghancurkan telur-telur S. innotata yang teradapt dil
;ingkungan persemaian dan membunuh larva-larva yang abru menetas.
4. Melakukan tindakan preventif dengan penyemprotan persemaian
menggunakan insektisida yang resistensi.
5. Bibit-bibit tanaman padi yang akan disemai
dicelupkan dalm herbisida.
6. Setelah invasi
S. innotata dilakukan penyemprotan insektisida yang mematikan telur dan larva.
7. Crop rotation (pergiliran
tanaman), setelah penanaman padi batang atau jeraminya harus dibenamkan kedalam
tanah/lumpur.
8. Menarik perhatian
S. innotata menggunakan perangkap jebak berwarna atau
lampu petromaks.
2. Ulat Penggerek (Scahunobius bipunctifer)
Gangguan dan kerusakan
pada tanaman padi gandu, terutama
daerah pegunungan, daya pengrusakannya tertuju pada bagian-bagian pucuk
tanamaan sehingga mematikan tanaman padi. Daur hidup mirip dengan S. innotata,
biasanya 30 hari tetapi tidak memiliki diapause sehingga meningkatkan kupu-kupu
betina (warna kuning muda) dan jantan (warna sawo matang) dengan jumlah telur
(150 butir) yang diletakkan di bagian bawah daun padi muda yang ditutupi oleh
lapisan bulu. Ulat akan menggerek batang padi yang muda menuju titik tumbuh
yang masih lunak. Pemberantasan dilakukan menggunakan insektisida yang tidak
tahan lama atau crop rotation (berselang-seling dengan menanam palawija).
3.
Hama Putih (Nymphula depunctalis)
Menyerang dan bergelantungan pada daun padi sehingga berwarna keputi
putihan, bersifat semi aquatil (menggantungkan hidup pada air untuk bernafas
dan udara). Kerusakan yang ditimbulkannya dapat mematikan tanaman padi
disebabkan:
1.
Gerakan invasi melibatkan
banyak hama yang menyerang tanaman padi sebagai
sumber makanannya.
2.
Tanaman padi yang diserang
kebanyakan berasal dari bibit-bibit lemah. Hama putih akan menjadi kepompong,
sarung/kantong yang selalu dibawanya akan ditanggalkan dan dilekatkan pada
abtang padi, kemudian dimasukinya lagi dan tidak keluar sampai menjadi
kepompong (sekitar 2 minggu). Pembasmian hama ini dapat dilakukan dengan
mempelajari siklus hidup, mengeringkan petakan-petakan sawah, membiarkan petak
sawah berair dan diberi minyak lampu atau penggunaan insektisida ramah
lingkungan.
4.
Hama Wereng Coklat (Nilapervata lugens)
Hama ini selalu menghisap cairan dan air dari batang padi muda atau
bulir-bulir buah muda yang lunak, dapat meloncat tinggi dan tidak terarah,
berwarna coklat, berukuran 3-5 mm, habitat ditempat lembab, gelap dan teduh.
Telur banyak yang ditempatkan dibawah daun padi yang melengkung dengan masa
ovulasi 9 hari menetas, 13 hari membentuk sayap dan 2 minggu akan bertelur
kembali. Hama ini meluas serangannya dilihat dari bentuk lingkaran pada atnaman
dalam petakan padi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk memberantas hama ini
dengan cara preventif, represif dan kuratif.
1. Tindakan Preventif dengan
cara-cara:
a.
Serumpun daun padi layu, lakukan pemeriksaan dengan teliti.
b. Apabila dirumpun
padi ditemukan seekor wereng,
bunuh dan periksa telur-telurnya didaun lalu daun dicabut dan dibakar. Periksa
tanmaan-tanaman lainnya yang berdekatan.
c. Apabila dalam serumpun terdapat banyak wereng, lakukan penyemprotan massal dengan insektisida.
2.
Tindakan Reppresif dilakukan sebagai berikut:
a.
Pengeringan pada petakan sawah.
b.
Pencabutan dan pembakaran seluruh tanaman.
c. Memilih bibit unggul (PB 30,
32, 34, Sicantik, Bengawan, dan lain-lain) yang direndam dalam Aldrien 40% (12 gr/1 kg
benih) atau Dildrien 50% WP (10 gr/1 kg benih).
d. Crop rotation (pergiliran padi dan palawija).
3. Tindakan Kuratif ditempuh dengan:
a. Insektisida butiran menggunakan Furadan 30
(17-20 kg/ha), Basudin 10g 910-15
kg/ha) dan Diazinon 10G (10-15 kg/ha) yang ditaburkan di antara larikan petak
sawah tiga atau empat minggu sekali.
b. Penyemprotan insektisida cair seminggu sekali
atau maksimal 10 hari sekali menggunakan Agrothion 50, Sumithion 50 EC (2
ltr/ha), Karphos 50 EC (2 ltr/ha), DDVP 50 EC (0.6 ltr/ha), Nogos 50 (0.6
ltr/ha), Sevin 85 Sp (1.2 ltr/ha), Diazinon 60 EC (1.5 ltr/ha).
5. Wereng Hijau (Nephotettix apicalis)
Merusak kelopak-kelopak dan
urat-urat daun padi dengan alat penghisap pada moncong yang kuat.
Bertelur (sebanyak 25 butir) yang ditempatkan dibawah daun padi selama tiga
kali sampai dia mati. Cara pemberantasan hama dilakukan dengan insektisida,
pembunuhan hama, rotasi tanaman, perangkap lampu jebak dan lainnya.
6.
Walang Sangit (Leptocorixa acuta)
Binatang ini berbau, hidup bersembunyi direrumputan, tuton, paspalum,
alang alang sehingga berinvasi pada tanaman padi muda ketika bunting, berbunga
atau berbuah. Walang sangit menempatkan telurnya (14-16 telur hingga 360 butir
telur sepanjang hidupnya) secara berjajaran pada daun. Pembasmian dilakukan
pada malam hari menggunakan lampu petromaks; memakai umpan bangkai bangkai
ular, katak, ketam; dan memanfaatkan insektisida.
7. Lembing Hijau (Nezara viridula)
Berkembang pada iklim tropis, hidupnya berkoloni, betina berukuran kecil
(16 mm) dengan 1100 telur selama hidupnya, lama penetasan 6-8 minggu, jantan
berumur 6 bulan. Serangannya tidak sampai menghampakan padi, tetapi
menghasilakn padi berkualitas jelek (goresan-goresan membujur pada kulit gabah
dan pecah pabila dilakukan penggilingan/penumbukkan). Pembasmian hama dilakukan
menggunakan insektisida sesuai aturan.
8. Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
Berkembang di daerah persawahan RRC, India dan Asia Tenggara. Menyerang
tanaman padi yang penanamannya terlambat, sekitar bulan Februari dan April.
Menempatkan telur-telurnya pada kelopak daun padi, larva-larva bergerak menuju
dan memasuki batang-batang padi, daun-daun membentuk kelongsong sehingga padi
mati. Pembasmiannya dilakukan mengurangi pengairan di sawah (padi jangan sampai
terendam), menggunaakn lampu petromaks, pembinasaan dan penyemprotan
insektisida dengan dosis tepat secara teratur.
B. Penyakit
Pada Tanaman Padi
1. Bercak
Cokelat Sempit
Gejala serangan :
Di daun dan pelepah daun terdapat bercak cokelat yang
sempit seperti garis-garis pendek. Pada varietas yang tahan bercak berukuran
0,2-1 cm x 0,1 cm, berwarna cokelat gelap. Pada varietas yang rentan, bercaknya
lebih besar dan berwarna cokelat terang. Disebabkan oleh cendawan Cescopora
oryzae, dengan penularan melalui udara dan inang alternatif.
Cara pencegahan :
- Menggunakan variets yang tahan penyakit ini
- Bila diperlukan menyemprotkan fungisida di daun
2. Bercak Daun
Cokelat
Gejala serangan :
Disebabkan oleh jamur Helminthosporium oryzae atau
Drechslera oryzae. Gejalanya ditandai oleh adanya bercak cokelat di kulit
gabah dan daun. Bercak muda berbentuk bulat kecil, berwarna cokelat gelap.
Bercak yang sudah tua berukuran lebih besar, berwarna cokelat dengan pusat
kelabu. Penyebaran penyakit ini disebabkan oleh angin dan dapat terbawa benih.
Cara pencegahan :
- Menanam varietas yang tahan
- Menggunakan benih yang sehat dan telah diberi perlakuan fungisida atau air panas pada benih.
- Pemberian pupuk yang seimbang, terutama K yang cukup
- Pemberian fungisida mankozeb 80% (Dipthane M-45), namun terbatas hanya untuk benih saja
3. Bercak Garis
Gejala serangan :
Garis-garis yang kebasahan muncul diantara urat-urat
daun setelah pemindahan bibit. Garis-garis tersebut tampak tembus cahaya bila
dilihat dengan menantang sumber cahaya. Garis-garis itu kemudian memanjang dan
berubah menjadi cokelat dengan lingkaran kuning di sekelilingnya. Disebabkan
oleh bakteri Xanthomonas camprestris pv oryzicola. Ditularkan melalui
benih, percikan air, dan masuk melalui luka dan stomata.
Cara pencegahan :
Menanan varietas yang tahan, seperti Singkarak,
Mahakam, Sentani, Atomita 2. Memusnahkan sisa tanaman padi dan gulma inang
diantara musim pertanaman.
4.
Bercak Pelepah Daun
Gejala serangan :
Bercak terutama terdapat di seludang daun. Bercak
berbentuk bulat lonjong, berwarna kelabu kehijau-hijauan yang kemudian menjadi
putih kelabu dengan pinggiran cokelat. Ukuran bercak dapat mencapai panjang 2-3
cm.
Disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani dan
R. oryzae, cendawan ini berkembang pesat pada kondisi lembab, juga
berkembang pesat pada tanaman yang dipupuk berat dengan pupuk N.
Cara pencegahan :
- Menjaga jarak tanam agar tidak terlalu rapat
- menghindari pemupukan N yang berlebihan
- Penyemprotan fungisida pada masa pembentukan anakan maksimum
5. Hangus Palsu
Gejala serangan :
Bulir-bulir padi berubah menjadi gumpalan spora yang
berukuran sampai 1 cm. Gumpala spora tersbut mula-mula berwarna kuning sampai
oranye, kemudian menjadi hijau gelap.
Disebabkan oleh cendawan Ustilaginoidea virens,
cendawan ini berkembang pesat pada kondisi lembab, banyak hujan, mendung pada
masa pembungaan dan tanaman yang dipupuk berat dengan pupuk N. penularan
terjadi lewat udara.
Cara pencegahan :
1.
Menggunakan varietas yang tahan.
6. Kerdil Hampa
Gejala serangan :
Tanaman kerdil dengan gejala utama daun padi menjadi
kasar tidak teratur. Bagian daun yang kasar biasanya menguning, rusak atau
terpilin. Pada tanaman dewasa daun benderanya pendek, terpilin, salah bentuk atau
kasar tak beraturan. Bulir padi hanya sedikit yang terisi.
Disebabkan oleh virus kerdil hampa yang dapat
ditularkan oleh wereng cokelat.
Cara pencegahan :
- Menggunakan varietas yang tahan.
- Memberantas serangga penularnya dengan insektisida.
7. Kerdil Rumput
Gejala serangan :
Tanaman yang terinfeksi sangat kerdil dengan banyak
anakan sehingga menyerupai rumput. Daunnya sempit, pendek , kaku, hijau pucat
dan kadang-kadang mempunyai bercak seperti karat. Tanaman yang terinfeksi dapat
bertahan samapi dewasa, namun malainya sedikit, cokelat dan bulirnya hampa. Disebabkan
oleh virus kerdil rumput yang dapat ditularkan oleh wereng cokelat.
Cara pencegahan :
- Menggunakan varietas yang tahan.
- Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terinfeksi agar tidak menular.
- Memberantas serangga penularnya dengan insektisida.
8. Kresek
Gejala serangan :
Tepi daun tanaman yang terinfeksi mula-mula bernoda
seperti garis-garis basah yang kemudian meluas berwarna putih
kekuning-kuningan. Kematian jaringan daun mulai terjadi di tepi helai kesatu
atau kedua, atau di setiap titik permukaan daun yang luka dan selanjutnya
meluas ke seluruh permukaan daun.
Disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv.
Oryzae. Yang masuh melalui hidatoda di tepi daun, luka di daun atau akar
yang putus. Penyebarannya melalui angin, embun, air hujan dan air irigasi.
Cara pencegahan :
- Menggunakan varietas yang tahan.
- Menggunakan bibit yang sehat
- Mencegah kerusakan bibit sewaktu pemindahan.
- Menghindari penggunaan pupuk N yang berlebihan.
9. Tungro
Gejala serangan :
Tanaman yang terinfeksi kerdil dengan jumlah anakan
berkurang. Daunnya berwarna kuning kemerah-merahan atau oranye mulai dari ujung
daun. Malai tanaman yang terinfeksi biasanya kecil dan keluar tidak sempurna,
bulir-bulirnya tertutup bercak cokelat dan beratnya kurang. Disebabkan oleh
virus tungro padi yang dapat ditularkan oleh wereng daun.
Cara pencegahan :
- Menggunakan varietas yang tahan virus tungro.
- Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terinfeksi agar tidak menular.
- Rotasi dengan tanaman palawija
Musana, 2008. Penyakit Tanaman Padi.
[ http://Penyakit Tanaman Padi « Mutsanna’s Weblog.htm. ( Diakses Tgl
10-06-2010 ) ]
Siregar, A, Z. 2007. Hama-Hama Tanaman Padi, Fakultas Pertanian
USU. Medan. [ http://07004376.pdf. ( Diakses
Tgl 10-06-2010 ) ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar