PANEN DAN PASCA PANEN PADI
A. Penentuan Saat
Panen
Penentuan saat
panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen padi. Ketidak tepatan
dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan
mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan
pengamatan visual dan pengamatan teoritis.
1.
Pengamatan Visual
Pengamatan
visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan lahan sawah.
Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila 90
sampai 95 % butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning
keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah berkualitas
baik sehingga menghasilkan rendemen giling yang tinggi.
2.
Pengamatan Teoritis
Pengamatan
teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan mengukur kadar
air dengan moisture tester. Berdasarkan deskripsi varietas padi, umur
panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau
antara 135 sampai 145 hari setelah tanam. Berdasarkan kadar air, umur panen
optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22-23 % pada musim kemarau,
dan antara 24-26 % pada musim penghujan.
B. Pemanenan
Pemanenan padi
harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan mesin panen
yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis, serta
menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan
padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang
rendah. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52 % apabila pemanen
padi dilakukan secara tidak tepat.
1.
Umur Panen Padi
Pemanenan padi
harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.
90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning.
b.
Malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga merata.
c.
Kadar air gabah 22 – 26 % yang diukur dengan moisture tester.
2. Alat dan Mesin Pemanen Padi
Pemanenan padi
harus meng-gunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan,
ekonomis dan ergonomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus
sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat dan
mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru
yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit
biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam dan
terakhir telah diintroduksikan reaper, stripper dan combine
harvester. Berikut ini adalah cara-cara pemanen padi dengan menggunakan sabit
biasa/bergerigi, dan reaper.
a.
Cara Pemanen Padi dengan Sabit
Sabit merupakan
alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2 jenis yaitu
sabit biasa dan sabit bergerigi. Sabit biasa/bergerigi pada umumnya digunakan
untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur pendek seperti IR-64
dan Cisadane. Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjur-kan karena dapat
menekan kehilangan hasil sebesar 3 %. Spesifikasi sabit bergerigi yaitu:
-
Gagang terbuat dari kayu bulat diameter ± 2 cm dan panjang 15
cm.
-
Mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya
bergerigi antara 12 – 16 gerigi sepanjang 1 inci.
Pemotongan padi
dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah dan potong
bawah tergantung cara perontokan. Pemotongan dengan cara potong bawah dilakukan
bila perontokan dengan cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher.
Pemotongan dengan cara potong atas atau tengah dilakukan bila perontokan
menggunakan power thresher. Berikut ini cara panen padi dengan sabit
biasa/bergerigi:
-
Pegang rumpun padi yang akan dipotong dengan tangan kiri,
kira-kira 1/3 bagian tinggi tanaman.
-
Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah
atau atas tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan
tangan kanan hingga jerami terputus.
b.
Cara Pemanenan Padi dengan Reaper
Reaper merupakan
mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip kerjanya mirip dengan
cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan
menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman
tersebut kearah samping mesin reaper dan ada pula yang mengikat tanaman
yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar. Pada saat ini terdapat
3 jenis tipe mesin reaper yaitu reaper 3 row, reaper 4 row dan reaper
5 row.
Penggunaan reaper
di-anjurkan pada daerah-daerah yang kekurangan tenaga kerja dan
dioperasikan di lahan dengan kondisi baik (tidak tergenang, tidak berlumpur dan
tidak becek). Menurut hasil penelitian, penggunaan reaper dapat menekan
kehilangan hasil sebesar 6,1 %. Berikut ini cara pengoperasian mesin reaper :
-
Sebelum mengoperasikan mesin reaper, terlebih dahulu
potong/panen padi dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2
m x 2 m sebagai tempat berputarnya mesin reaper.
-
Sebelum mesin dihidupkan, arahkan mesin pada tanaman padi
yang akan dipanen. Pemanenan dimulai dari sisi sebelah kanan petakan.
-
Pemotongan dilakukan sekaligus untuk 2 atau 4 baris tanaman
dan akan terlempar satu tertumpuk di sebelah kanan mesin tersebut.
-
Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di
tengah petakan.
3. Sistem
Panen
Sistem panen harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a.
Pemanenan dilakukan dengan sistem beregu/kelompok.
b.
Pemanenan dan perontokan dilakukan oleh kelompok pemanen.
c.
Jumlah pemanen antara 5 – 7 orang yang dilengkapi dengan 1
unit pedal thresher atau 15 – 20 orang yang dilengkapi 1 unit power thresher.
C. Penumpukan
dan Pengumpulan
Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca
panen setelah padi dipanen. Ketidaktepatan dalam penumpukan dan pengumpulan
padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk menghindari
atau mengurangi terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan
pengangkutan padi menggunakan alas. Penggunaan alas dan wadah pada saat
penumpukan dan pengangkutan dapat menekan kehilangan hasil antara 0,94 – 2,36
%.
D. Perontokan
Perontokan
merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan
pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam
melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara perontokan padi telah
mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan
power thresher.
1.
Perontokan padi dengan cara digebot
Gebotan
merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih banyak digunakan petani.
Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:
a.
Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki
berdiri di atas tanah, dapat dipindah-pindah.
b.
Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur
atau melintang dengan jarak renggang 1 – 2 cm.
c.
Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding
penutup dari tikar bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan
terbuka.
Berikut ini cara perontokan padi
dengan alat gebot :
a.
Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot pada meja
rak perontok ± 5 kali dan hasil rontokannya akan jatuh di terpal yang ada di
bawah meja rak perontok.
b.
Hasil rontokan berupa gabah kemudian dikumpulkan.
2.
Perontokan padi dengan pedal
thresher
Pedal thresher
merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana dan digerakan
meng-gunakan tenaga manusia. Kelebihan alat ini dibandingkan dengan alat gebot
adalah mampu menghemat
tenaga dan waktu, mudah diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas
kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang. Penggunaan pedal
thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar
2,5 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher :
a.
Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun.
b.
Putaran poros pemutar memutar silinder perontok.
c.
Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok
dimanfaatkan dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok.
d.
Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (menjauh
dari operator).
3. Perontokan
padi dengan power thresher
Power thresher merupakan mesin
perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak enjin. Kelebihan mesin
perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja
lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi. Penggunaan power thresher dalam
perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 3 %. Berikut ini cara
perontokan padi dengan power thresher :
a.
Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan
mesin perontok tipe “throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok masuk ke
dalam ruang perontok.
b.
Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara
manual denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana
tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan
kepada alat perontok.
c.
Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok
sesuai dengan yang diinginkan untuk merontok padi
d.
Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang dimasukkan
dari pintu pemasukkan.
e.
Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek
terpukul dan terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu
pengeluaran jerami.
f.
Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui
saringan perontok, sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu
pengeluaran jerami.
g.
Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari
saringan perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh
kipas angin.
h.
Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup
terbuang melalui pintu pengeluaran kotoran ringan.
i.
Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah
melalui ayakan yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung
pada pintu pengeluaran padi bernas.
E. Pengeringan
Pengeringan
merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu
sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang
lama. Kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan proses pengeringan
dapat mencapai 2,13 %. Pada saat ini cara pengeringan padi telah berkembang
dari cara penjemuran menjadi pengering buatan.
1.
Pengeringan Padi dengan Cara
Penjemuran
Penjemuran
merupakan proses pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan panas sinar
matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran, kehilangan butiran gabah,
memudahkan pengumpulan gabah dan menghasilkan penyebaran panas yang merata,
maka penjemuran harus dilakukan dengan menggunakan alas. Penggunaan alas untuk
penjemuran telah berkembang dari anyaman bambu kemudian menjadi lembaran
plastik/terpal dan terakhir lantai dari semen/beton. Berikut ini cara
penjemuran gabah basah.
a.
Cara penjemuran dengan lantai jemur
Dari berbagai
alas penjemuran tersebut, lantai dari semen merupakan alas penjemuran terbaik.
Permukaan lantai dapat dibuat rata atau bergelombang. Lantai jemur rata
pembuatannya lebih mudah dan murah, namun tidak dapat mengalirkan air hujan
secara cepat bahkan adakalanya menyebabkan genangan air yang dapat merusakkan
gabah. Lantai jemur bergelombang lebih dianjurkan, karena dapat meng-alirkan
sisa air hujan dengan cepat. Berikut ini cara penjemuran dengan lantai jemur :
-
Jemur gabah di atas lantai jemur dengan ketebalan 5 cm – 7 cm
untuk musim kemarau dan 1 cm – 5 cm untuk musim penghujan.
-
Lakukan pembalikan setiap 1 – 2 jam atau 4 – 6 kali dalam
sehari dengan menggunakan garuk dari kayu.
-
Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam
14.00 – 17.00 dan tempering time jam 11.00 – jam 14.00.
-
Lakukan pengumpulan de-ngan garuk, sekop dan sapu.
b.
Cara penjemuran dengan
alas terpal/plastik
Alas
terpal/plastik dapat juga dipakai untuk alas penjemuran. Beberapa keuntungan
pengguna-an alas terpal/plastik adalah :
-
Memudahkan pengumpulan untuk pengarungan gabah pada akhir
penjemuran.
-
Memudahkan penyelamatan gabah bila pada waktu penjemuran
hujan turun secara tiba-tiba.
-
Dapat mengurangi tenaga kerja buruh di lapangan.
Berikut cara penjemuran dengan alas
terpal/plastik :
-
Jemur gabah di atas alas terpal/plastik dengan ke-tebalan 5 –
7 cm untuk musim kemarau atau 1 – 5 cm untuk musim peng-hujan.
-
Lakukan pembalikan secara teratur setiap 1 – 2 jam sekali
atau 4 – 6 kali dalam sehari. Pembalikan di-anjurkan tanpa mengguna-kan garuk
karena dapat mengakibatkan alas sobek.
-
Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam
14.00 – 17.00, dan tempering time jam 11.00 – jam 14.00. Lakukan pengumpulan
de-ngan cara langsung di-gulung.
2.
Pengeringan Padi dengan Pengering
Buatan
Pengeringan
buatan merupakan alternatif cara pengeringan padi bila penjemuran dengan
matahari tidak dapat dilakukan. Secara garis besar pengeringan buatan dibagi
atas 3 bentuk, yaitu tumpukan datar (Flat Bed), Sirkulasi (Recirculation
Batch) dan kontinyu (Continuous-Flow Dryer).
a. Flat Bed Dryer
Pengeringan
dengan meng-gunakan Flat Bed Dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut
:
-
Padi yang akan dikeringkan di tempatkan pada kotak pengering.
-
Api dari sumber panas akan dihembuskan ke bagian/ ruangan
bawah dari kotak pegering oleh blower yang digerakkan motor peng-gerak.
-
Udara panas naik ke ruang atau kotak pengering yang berisi
padi melalui sekat yang berlubang.
-
Udara panas akan menurunkan kadar air padi.
b. Continuous Flow Dryer
Continuous Flow
Dryer merupakan
mesin pengering dengan bagian komponen mesin yeng terdiri dari kotak pengering,
komponen pemanas seperti kompor, kipas / blower, motor penggerak, dan screw
conveyor discharge. Ruangan plenum terletak di bagian tengah butiran padi
yang akan dikeringkan. Tingi kotak pengering 3 – 5 m. Bagian ini terbuat dari
plat baja lembaran dan tebalnya 2 – 3 mm.
Pengeringan
dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-
Cara kerja sama dengan drier lainnya, namun padi yang akan
dikeringkan diaduk posisinya oleh screw conveyor.
-
Alat ini terdiri dari kotak pengering vertikal, pemanas dan
dilengkapi dengan screw conveyor dischange.
-
Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada bagian atas kotak
pengering. Udara pemanas dihembuskan pada salah satu sisi kotak pengering dan
keluar lewat sisi yang lain.
-
Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan
dikeluarkan pada bagian bawah “Screw Conveyor Dischange” yang terletak
pada bagian bawah kotak pengering. Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat
diatur.
F. Penyimpanan
Penyimpanan
merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam keadaan
baik dalam jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/
beras dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, dan serangan
serangga, binatang mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu
gabah/beras. Cara penyimpanan gabah/beras dapat dilakukan dengan :
1.
Penyimpanan Gabah dengan Sistem
Curah
Penyimpanan
gabah dengan sistem curah dapat dilakukan dengan menggunakan silo. Silo
merupakan tempat menyimpan gabah/beras dengan kapasitas yang sangat besar. Penyimpanan
gabah/beras dengan silo dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.
Gabah yang disimpan dialirkan melalui bagian atas silo dengan
menggunakan elevator, dan dicurahkan ke dalam silo.
b.
Ke dalam tumpukan gabah tersebut dialirkan udara panas yang
dihasilkan oleh kompor pemanas dan kipas yang terletak di bagian bawah silo.
c.
Kondisi gabah dipertahankan dengan mengatur suhu udara panas
dan aerasi.
2.
Penyimpanan Gabah dengan Kemasan/Wadah
Penyimpanan
gabah dengan kemasan dapat dilakukan dengan menggunakan karung. Beberapa aspek
penting yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah dengan karung adalah :
a.
Karung harus dapat melindungi produk dari kerusakan dalam
pengangkutan dan atau penyim-panan.
b.
Karung tidak boleh meng-akibatkan kerusakan atau pencemaran
oleh bahan kemasan dan tidak membawa OPT.
c.
Karung harus kuat, dapat menahan beban tumpukan dan
melindungi fisik dan tahan terhadap goncangan serta dapat mempertahankan keseragaman.
Karung harus diberi label berupa tulisan yang dapat menjelaskan tentang produk
yang dikemas.
G. Penggilingan
Penggilingan
merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan gabah
meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan
penyimpanan. Bagian
komponen mesin penggiling terdiri dari :
1. Motor penggerak
2. Pengupas sekam biasanya dipakai
tipe roll karet. Terdapat 2 buah roll karet yang berputar berlawanan
dengan kecepatan putar yang berbeda. Jarak antara 2 roll karet dapat
diatur tergantung jenis gabah yang akan dikupas, biasanya 2/3 besarnya gabah.
Diameter kedua roll karet sama bervariasi 300 – 500 mm dan lebar 120 –
500 mm.
3. Pemisah gabah mempunyai 3 tipe
yaitu :
a. Separator tipe kompartmen,
merupakan kotak oscilator terdiri dari 1, 2, 3 atau 4 lapis/dek.
b. Separator tipe dek, terdiri dari 3 sampai 7
rak dengan posisi miring, rak disusun dengan jarak 5 cm.
c. Separator type saringan, terdiri dari ayakan
saringan yang bergetar berjumlah 6 – 15 ayakan.
4. Penyosoh
a. Tipe mesin penyosoh yang
dipakai untuk rice milling unit adalah tipe jet parlour.
b. Udara dialirkan melalui poros yang tipis dan
lubang dari tabung.
c. Dinding heksagonal yang
berlubang membungkus tabung besi yang berputar. Jarak renggang dinding
heksagonal dan tabung besi dapat diatur dengan sekrup.
d. Unit pembawa/conveyor.
Proses penggilingan gabah dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1.
Hidupkan mesin
2.
Masukkan gabah yang akan dikupas ke dalam hoper melalui
bagian atas kemudian masuk diantara kedua rol karet.
3.
Atur renggang rol.
4.
Hasil pengupasan berkisar 90% beras pecah kulit dan 10%
gabah, tergantung perbedaaan kecepatan putaran rol. Sekam yang terkupas
terpecah menjadi 2 dan utuh. Beras pecah kulit yang dihasilkan tidak banyak
yang retak sehingga bila disosoh akan memperoleh persentase beras kepala yang
relatif tinggi.
H. STANDARISASI
a. Standar Mutu Gabah
Standar mutu
gabah meliputi persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif.
1. Persyaratan
kualitatif
a. Bebas hama dan
penyakit
b. Bebas bau busuk,
asam atau bau-bau lainnya
c. Bebas dari bahan
kimia seperti sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida dan bahan kimia lainnya
d. Gabah tidak boleh
panan
2. Persyaratan kuantitatif mutu gabah sesuai SNI
Tabel : Mutu Gabah.
Komponen Mutu
|
Kualitas
|
||
I
|
II
|
III
|
|
Kadar air ( % maksimum )
Gabah hampa ( % maksimum )
Butir rusak + Butir kuning ( %
maksimum )
Butir mrngapur + Gabah muda ( %
maksimum )
Butir merah ( % maksimum )
Benda asing ( % maksimum )
Gabah Varietas lain ( %
maksimum )
|
14,0
1,0
2,0
1,0
1,0
-
2,0
|
14,0
2,0
5,0
5,0
2,0
0,5
5,0
|
14,0
3,0
7,0
10,0
10,0
4,0
1,0
|
Keterangan : Tingkat mutu gabah rendah (sample
grade) adalah tingkat mutu gabah tidak memenuhi
persyaratan tingkat mutu I, II dan II dan tidak memenuhi persyaratan kualitatif
b. Persyaratan Mutu Beras
Sesuai dengan SNI, persyaratan
mutu beras mencakup :
1. Persyaratan kualitatif
a. Bebas
hama dan penyakit
b. Bebas
bau busuk, asam atau bau-bau lainnya
c. Bebas
dari bekatul
d. Bebas
dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan
2. Persyaratan kuantitatif mutu beras giling
sesuai SNI 01-6128-1999
Tabel : Mutu Beras
No.
|
Komponen Mutu
|
MUTU
|
|
|||||
Satuan
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
|||
1
|
Derajat sosoh
|
%
|
100
|
100
|
100
|
95 min
|
85 min
|
|
2
|
Kadar air maksimum
|
%
|
14
|
14
|
14
|
14
|
15
|
|
3
|
Beras kepala
|
%
|
100
|
95 min
|
84 min
|
73 min
|
60 min
|
|
4
|
Butir utuh min
|
%
|
60
|
50
|
40
|
35
|
35
|
|
5
|
Butir patah
|
%
|
0
|
5
|
15
|
25
|
35
|
|
6
|
Butir menis
|
%
|
0
|
0
|
1
|
2
|
5
|
|
7
|
Butir merah
|
%
|
0
|
0
|
1
|
3
|
3
|
|
8
|
Butir kuning/rusak maks
|
%
|
0
|
0
|
1
|
3
|
5
|
|
9
|
Butir mengapur
|
%
|
0
|
0
|
1
|
3
|
5
|
|
10
|
Benda asing
|
%
|
0
|
0
|
0.02
|
0.05
|
0.2
|
|
11
|
Butir gabah
|
Btr/100g
|
0
|
0
|
1
|
2
|
3
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar